PENCERNAAN
KECERNAAN PAKAN SECARA IN VIVO DAN IN VITRO
Digestion
feed digestibility in vivo and in vitro
Sunarni (C14120075)
*
Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
2014
Abstrak
Pencernaan makanan pada ikan berperan penting dalam siklus reproduksi dan pertumbuhannya.
Dalam prosesnya diperlukan enzim-enzim untuk membantu kerjanya. Enzim pencernaan dihasilkan
oleh organ-organ tertentu dalam saluran pencernaan. Aktivitas enzim selama proses pencernaan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, jumlah dan konsentrasi enzim,
jumlah pakan dan aktivator. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui enzim mana yang paling baik
dalam menghidrolisa protein dan emulsifikator mana yang paling baik dalam mengemulsi lemak.
Enzim brolin merupakan enzim yang paling banyak menghidrolisa protein. Hal tersebut ditandai
dengan kekeruhan yang paling banyak dibanding enzim papain dan kontrol. Bromelin mampu
memecah molekul-molekul protein menjadi bentuk asam animo. larutan empedu mudah mengalami
pencampuran dengan lemak, sedangkan larutan kuning telur mudah mengalami pencampuran dan
pemisahan lebih lama daripada larutan empedu. Kuning telur dapat stabil karena lemak dalam telur
berbentuk emulsi yang juga dapat bergabung dengan air sehingga menjadi lebih mudah dicerna.
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa enzim bromelin merupakan enzim
yang paling banyak menghidrolisa protein dan kuning telur merupakan emulsifikator yang paling baik
dalam mengemulsikan lemak.
Kata kunci : pencernaan, enzim, bromelin, papain
Abstract
Digestion of food in fish play an important role in the reproductive cycle and growth. In the
process the necessary enzymes to help her . Digestive enzymes produced by certain organs in the
digestive tract . Enzyme activity during the digestive process is influenced by several factors, including
environmental factors , the amount and concentration of enzyme , the amount of feed and activators .
This activity is performed to determine where the best enzymes in the hydrolysis of proteins and which
is best emulsifikator in emulsifying fats . Brolin enzymes are enzymes that hydrolyze most proteins . It
is characterized by turbidity compared to most enzymes papain and control . Bromelain is able to
break down the protein molecules into the acid form of interest . solution of bile prone to mixing with
fat , whereas a solution of egg yolk susceptible to mixing and separation longer than bile solution .
Egg yolks can be unstable because of the fat in an egg -shaped emulsion can also join with water so
that it becomes more digestible . Based on the activities carried out it can be concluded that the
enzyme bromelain is an enzyme that hydrolyze most proteins and egg yolk is the most well
emulsifikator in emulsify fats .
Keywords: digestion, enzymes, bromelain, papain
PENDAHULUAN
Pencernaan adalah proses penyederhanaan makanan dari senyawa kompleks menjadi sederhana melalui proses fisika dan kimia. Pencernaan makanan pada ikan berperan penting dalam siklus reproduksi dan pertumbuhannya. Proses pencernaan makanan di dalam sistem organ pencernaan ikan bertujuan untuk menghasilkan zat-zat sari makanan untuk diserap oleh tubuh. Saluran pencernaan ikan terdiri dari mulut, kerongkongan, oesoephagus, lambung, usus dan anus. Kelenjar pencernaan ikan terdiri dari hati dan kantong empedu. Kelenjar pencernaan berfungsi untuk menghasilkan enzim pencerna yang berguna untuk membantu proses penghancuran makanan (Djarijah 2000). Enzim merupakan unit protein fungsional yangberperan mengkatalisis reaksireaksi dalam metabolisme sel dan reaksi-reaksi lain dalam tubuh. Spesifikasi enzim terhadap substratnya teramat tinggi dalam mempercepat reaksi kimia tanpa produk samping (Wuryanti 2004). Enzim pencernaan dihasilkan oleh organ-organ tertentu dalam saluran pencernaan. Selama proses pencernaan komponen pakan akan berikatan dengan bagian enzim yang aktif melalui mekanisme selektif dan khas. Aktivitas enzim selama proses pencernaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan, jumlah dan konsentrasi enzim, jumlah pakan dan aktivator. Praktikum ini bertujuan mengetahui enzim mana yang paling baik dalam menghidrolisa protein dan emulsifikator mana yang paling baik dalam mengemulsi lemak.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 17 April 2014, pukul 15.00
WIB di laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum yaitu tabung reaksi, pipet dan rak tabung. Bahan-bahan yang digunakan yaitu akuades, minyak goreng, cairan empedu ikan/ayam, kuning telur, potongan daging ikan, enzim papain dan enzim brolin.
Prosedur Kerja
Pencernaan protein. Tiga tabung reaksi disiapkan. Masing-masing tabung reaksi diisi dengan tiga potong daging ikan. Masingmasing tabung reaksi ditambahkan akuades 3 ml. Kemudian masing-masing tabung reaksi ditambahkan 1,5 ekstrak enzim (tabung 1 sebagai kontrol, tabung 2 diberi enzim papain, tabung 3 diberi enzim brolin). Tabung reaksi dikocok terus menerus selama 1 jam dan diamati tingkat kekeruhannya setiap 15 menit. Tabung reaksi dengan cairan terkeruh berarti mengandung zat terlarut terbanyak menandakan jenis enzim yang paling efektif. Pengelmusian lemak. Tiga tabung reaksi disiapkan. Masing-masing tabung reaksi diisi dengan 5 ml akuades. Masing-masing tabung reaksi ditambahkan 2 ml minyak goreng. Tabung satu ditambahkan 1 ml akuades, tabung 2 ditambahkan 1 ml cairan empedu dan tabung 3 ditam bahkan 1 ml cairan kuning telur. Masing-masing tabung reaksi di kocok pada setiap interval waktu 10 menit selama 1 jam. Kestabilannya diamati.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengukuran kecernaan protein dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 1 hasil pengukuran pencernaan protein
Waktu
(menit)
Kontrol Papain Bromelin
10 2 2 3
20 2 2 3
30 2 2 3
40 3 3 4
50 3 3 4
60 3 3 4
Keterangan :
0 = bening
1 = tak berwarna
2 = agak keruh
3 = keruh
4 = sangat keruh
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa enzim brolin memiliki tingkat kekeruhan tertinggi dibandingkan dengan enzim papain. Berdasar tabel tersebut juga dapat diketahui semakin lama waktu pengocokan maka cairan semakin keruh. Hasil pengukuran pengemulsian lemak dapat dilihat pada tbel berikut ini.
Tabel 2 hasil pengemulsian lemak.
Waktu
(menit)
empedu Kuning
telur
kontrol
10 2 3 1
20 2 3 1
30 2 3 1
40 2 3 1
50 2 3 1
60 2 3 1
Keterangan :
1 = cepat memisah
2 = lambat memisah
Kelompok V(Risti)
3 = sangat lambat memisah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa kuning telur memiliki kemampuan mengemulsi lemak paling baik dibandingkan dengan empedu dan akuades. Empedu memiliki kemampuan mengemulsi lemak yang cukup baik, sedangkan akuades memiliki kemampuan mengemulsi lemak paling buruk
ditandai dengan sangat lambat proses pemisahannya.Bromelin merupakan unsur pokok dari nanas yang penting dan berguna dalam bidang farmasi dan makanan. Fungsi bromelin mirip dengan papain dan fisin, yaitu sebagai pemecah protein. (Wuryanti 2004). Papain adalah suatu zat (enzim) yang dapat diperoleh dari getah tanaman pepaya dan buah pepaya muda. Getah pepaya tersebut terdapat hampir di semua bagian tanaman pepaya, kecuali bagian akar dan biji. Kandungan papain paling banyak terdapat dalam buah pepaya yang paling muda. Papain dikenal dua macam, yaitu papain kasar dan papain murni. Getah pepaya (papain) cukup banyak mengandung berbagai macam enzim yang bersifat proteolitik (pengurai protein)( Warisno 2007). Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa enzim brolin merupakan enzim yang paling banyak menghidrolisa protein. Hal tersebut ditandai dengan kekeruhan yang paling banyak dibanding enzim papain dan kontrol. Bromelin mampu memecah molekul-molekul protein menjadibentuk asam animo (Wijiati 2000). Hal ini disebabkan karena enzim bromelin mempunyai sisi aktif yang mengadung thiol (SH) sehingga mampu memecah molekul-molekul protein menjadi bentuk asam. Selain itu dilihat dari komposisi pembuatan enzim tersebut yang terbuat dari buah nanas yang banyak mengandung serat-serat sehingga serat-serat tersebut kurang tersaring dan hasil saringan yang banyak mengandung serat itu dipakai untuk indikator pencernaan protein. Namun hal
itu juga disebabkan karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti pH, suhu,dan adanya inhibitor (Khoirunnisa 2002). Emulsifikator merupakan bahan untuk menstabilkan cairan emulsi, dimana pengertian dari emulsi itu sendiri adalah suatu campuran yang terdiri dari dua bahan tidak bisa bercampur, dengan satu bahan (fasa tersebar) tersebar di dalam fasa yang lain (fasa selanjar).Minyak merupakan senyawa emulsi (air yang larut di dalam minyak). Agar tetap larut dalam minyak, diperlukan emulsifier seperti kuning telur, kasein, albumin dan lesitin. Semua ikan mensekresi empedu dan empedu membuat alkalis isi lambung yang bersifat asam. Karena tugasnya adalah membuat emulsi lemak, maka penting sekali untuk pencernaan lemak dan absorbsi secara normal. Reabsorbsi garam-garam empedu membantu dalam mempertahankan pencernaan dan kesehatan ikan. makanan yang dicerna diabsorbsi ikan dalam 3 cara, yakni diabsorbsi secara diffusi, pengakuan aktif, dan beberapa partikel diabsorbsi secara phagositosis (Murtidjo 2007). Cairan empedu berperan sebagai bahan emulsi. Cairan empedu terdapat sebagai asam empedu dan garam empedu. Tetapi empedu mengandung sejumlah besar garam-garam empedu terutama dalam bentuk garam natrium terionisasi yang sangat penting dalam proses emulsifikasi lemak. larutan empedu mudah mengalami pencampuran dengan lemak, sedangkan larutan kuning telur mudah mengalami pencampuran dan pemisahan lebih lama daripada larutan empedu. Kuning telur dapat stabil karena lemak dalam telur berbentuk emulsi yang juga dapat bergabung
dengan air sehingga menjadi lebih mudah dicerna hal ini disebabkan karena sepertiga kuning telur merupakan glicerida asam lemak yang mudah dicerna lambung dan dapat diserap dengan baik oleh usus halus. Sedangkan pada cairan empedu yang mengandung zat anorganik dan beberapa zat organik seperti asam empedu, bilirubin dan kolesterol serta adanya asam empedu sebagai emulgator maka lemak dalam usus dapat dipecah-pecah menjadi partikel kecil sehingga luas permukaan lemak menjadi lebih besar tetapi sulit diserap oleh usus tersebut (Wijiati 2000).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa enzim bromelin merupakan enzim yang paling banyak menghidrolisa protein dan kuning telur merupakan emulsifikator yang paling baik dalam mengemulsikan lemak.
SARAN
Enzim yang digunakan dalam praktikum sebaiknya lebih bervariasi lagi sehingga praktikan dapat membandingkan enzim mana yang paling efektif dalam menghidrolisa protein dan lemak
DAFTAR PUSTAKA
Djarijah A. 2000. Pakan Ikan Alami.
Yogyakarta: Kanisius
Khairunnisa H. 2002. Pengaruh Penggunaan
Papain dalam Meningkatkan
Kecernaan Protein Kedelai Secara IN
VITRO. [Skripsi] Bogor: Fakultas
Perternakan, Institut Pertanian Bogor.
Murtidjo B. 2007. Pedoman Meramu Pakan
Ikan. Yogyakarta: Kanisius
Warisno. 2007. Budi Daya Pepaya.
Yogyakarta: Kanisisus
Wijiati F. 2000. Studi Tentang Karakteristik
Tepung Ikan Tembang (Sardinella
fimbriata) Hasil Reksi
Hidrolisis/Plastein Dengan Enzim
Bromelin/Pepsin Dan
Bromelin/Tripsin. [Skripsi] Bogor:
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor
Wuryanti. 2004. Isolasi dan Penentuan
Aktivias Spesifik Enzim Bromelin
dari Buah Nanas (Ananas comosus
l.). JKSA. Vol. VII. No.3