RESPIRASI
(Tingkat Konsumsi Oksigen)
Respiration (level
of oxygen consumtion)
Sunarni (C14120075)*
Manajemen
Sumberdaya Perairan
Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut
Pertanian Bogor
2014
Abstrak
Oksigen merupakan salah
satu parameter lingkungan yang sangat dibutuhkan oleh hewan akuatik. Oksigen
dibutuhkan untuk proses respirasi, metabolisme dan oksidasi bahan-bahan organik
maupun anorganik. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan oksigen
pada ikan lele, tingkat metabolismenya dan kebutuhan oksigen ikan yang berbeda
ukuran. Rancangan yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu tancangan acak
faktorial dengan 2 perlakuan dan 5 ulangan. Oksigen terlarut pada ikan lele yang berukuran besar maupun kecil
cenderung mengalami penurunan karena kebutuhan oksigen ikan sangat bervariasi,
tergantung pada jenis, stadium dan aktifitas ikan. DO ikan lele yang berukuran
besar maupun kecil cenderung mengalami penurunan. Dari kegiatan yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa konsumsi oksigen ikan lele dipengaruhi oleh ukuran
ikan.
Kata kunci: oksigen, oksigen terlarut,
konsumsi oksigen
Abstract
Oxygen is one of
the environmental parameters that are needed by aquatic animals. Oxygen is
needed for respiration, metabolism and oxidation of organic materials and
inorganic. This activity is conducted to determine the oxygen demand in channel
catfish, metabolic rate and oxygen demand of fish of different sizes. The
design used in this activity is tancangan randomized factorial with 2
treatments and 5 replications. Dissolved oxygen in catfish large and small tend
to decrease because the oxygen demand of fish varies greatly, depending on the
type, stage and fish activity. DO catfish large and small tend to decrease. Of
activities undertaken can be concluded that the oxygen consumption is
influenced by the size of the catfish fish.
Keywords: oxygen, dissolved
oxygen, oxygen consumption
PENDAHULUAN
Dissolved Oxygen (DO) adalah
jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesis dan absorbsi
atmosfer atau udara. DO di suatu perairan sangat berperan dalam proses
penyerapan makanan oleh organisme akuatik. Semakin banyak jumlah DO (dissolved
oxygen), maka kualitas air semakin baik. Jika kadar oksigen terlarut yang
terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik
yang mungkin saja terjadi (Salmin 2000).
DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernafasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk
pertumbuhan dan reproduksi. Di samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk
oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik.
Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi dari
udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut
(Salmin 2000).
Kandungan oksigen yang rendah akan mengakibatkan
kematian ikan yang banyak, secara langsung atau tidak langsung, Seperti juga
manusia, ikan membutuhkan oksigen untuk proses respirasi
(pernapasan). Jumlah oksigen yang diperlukan oleh ikan adalah tergantung
pada ukuran, makan, tingkat aktivitas dan suhu (Witeska et al 2010).
Praktikum
ini bertujuan mengamati prinsip-prinsip pengukuran konsumsi oksigen, mengetahui
kebutuhan (konsumsi) oksigen pada hewan uji sebagai refleksi tingkat
metabolismenya dan mengetahui perbedaan kebutuhan konsumsi oksigen pada hewan
uji yang berukuran besar ataupun kecil.
METODOLOGI
Waktu
dan Tempat
Praktikum
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 20 Maret 2014 pukul 15.00 WIB di
laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat-alat
yang digunakan dalam praktikum yaitu akuarium, timbangan digital, sterofoam,
lakban, aerator, botol BOD, DO meter, botol cup,
stopwatch, dan alat tulis. Bahan-
bahan yang digunakan yaitu ikan lele besar, ikan lele kecil air dan garam.
Rancangan Percobaan
Rancangan
acak faktorial (RAF) adalah suatu
rancangan percobaan mengenai sekumpulan perlakuan yang terdiri atas semua
kombinasi yang mungkin dari taraf beberapa faktor (Pratisto 2005). Dalam
praktikum ini digunakan rancangan percobaan acak faktorial dengan 2 perlakuan dan
5 ulangan dengan ukuran ikan yang berbeda yaitu ikan lele besar dan ikan lele kecil.
Dua perlakuan tersebut adalah perlakuan kontrol dan salinitas. Pengamatan
dilakukan pukul 15.00 WIB.
Prosedur
Kerja
Akuarium
diisi dengan air hingga ketinggian 12,5 cm atau setara dengan 10 liter. Ikan
lele ditimbang lalu dimasukkan ke dalam akuarium. Alat respirometer tertutup
dibuat dengan bahan sterofoam yang disesuaikan dengan ukuran akuarium. Bagian
tengah sterofoam dilubangi dan selang aerator dimasukkan. Semua lubang dan
celah ditutup dengan lakban. Air sampel diambil melalui selang pengeluaran dan
ditampung dalam botol cup.
Pengambilan dilakukan dengan teliti dan dihindarkan terjadinya bubbling. Kadar oksigen terlarut diukur
secara langsung dengan DO meter. Pengukuran berikutnya dilakukan dengan cara
yang sama pada menit ke 15, 30, 45 dan 60. Hasil yang didapat dicatat.
Analisis
Data
Analisis
data yang digunakan adalah sebagai berikut:
Model
observasi:
Yijk=
µ+τi+ᵦj+ (αᵦ)ij+εijk
Dimana
i = 1,2,3.....
j =
1,2,3...
k=
1,2,3..
Keterangan
:
Yijk=
nilai pengurutan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh kombinasi perlakuan
ij (taraf i di faktor a dan taraf j difaktor b)
µ = rataan umum populasi
τi = pengaruh aditif taraf ke-i di faktor a
ᵦj
= pengaruh aditif taraf ke-j di faktor b
εijk
= galat dari satuan perlakuan ke-k yang
memperoleh kombinasi perlakuan ij
(αᵦ)ij = interaksi
antara faktor a dan b
Asumsi:
1. εijk
N
2.
pengaruh perlakuan τi bersifat tetap
3.
komponen µ, τi, ᵦj, (αᵦ)ij
, εijk bersifat aditif
4. ada
interaksi antara faktor a dan b
Hipotesis
1.
Untuk
faktor a
Ho = ukuran tidak mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen
H1 = ukuran mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen ikan
atau minimal ada satu perlakuan yang mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen.
2.
Untuk
faktor b
Ho = salinitas tidak mempengaruhi
tingkat konsumsi oksigen
H1 = salinitas mempengaruhi
konsumsi oksigen atau minimal ada satu perlakuan yang mempengaruhi konsumsi
oksigen ikan.
3.
Interaksi
Ho = (αᵦ)ij
= 0
H1 = minimal ada satu (αᵦ)ij ≠ 0
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil tingkat konsumsi ikan lele (Clarias batracus) dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel
1 tingkat konsumsi oksigen ikan lele
Perlakuan
|
Salinitas
|
Kontrol
|
Ikan besar
|
0,67
|
0,42
|
0,83
|
0,57
|
|
0,75
|
0,26
|
|
0,95
|
0,13
|
|
0,29
|
0,04
|
|
Ikan kecil
|
5,04
|
19
|
3,44
|
5,5
|
|
6,57
|
3,75
|
|
0,19
|
3,37
|
|
0,83
|
0,72
|
Berdasarkan
tabel diatas dapat diketahui bahwa pada perlakuan salinitas ikan lele besar
memiliki tingkat konsumsi terbesar yaitu 0,95 mg O2/L. Dalam keadaan
normal, ikan lele besar memiliki tingkat konsumsi oksigen terbesar yaitu 0,57 mg
O2/L. Ikan kecil dengan perlakuan salinitas memiliki tingkat
konsumsi oksigen terbesar yaitu 6,57 mg O2/L dan perlakuan kontrol
memiliki tingkat konsumsi oksigen terbesar 19 mg O2/L.
Grafik
tingkat konsumsi ikan lele (Clarias
batracus) dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1 tingkat konsumsi oksigen
ikan lele (Clarias batracus)
Berdasarkan
grafik diatas dapat diketahui bahwa ikan lele berukuran kecil dengan perlakuan
salinitas memiliki tingkat konsumsi oksigen paling tinggi, sedangkan tingkat
konsumsi terendah terdapat pada ikan lele yang berukuran besar dengan perlakuan
kontrol.
Oksigen
sangat diperlukan untuk respirasi dan proses metabolisme ikan serta organisme
perairan lainnya. Kebutuhan oksigen ikan sangat bervariasi, tergantung pada
jenis, stadium dan aktifitas ikan. Jenis-jenis ikan yang dapat mengambil
oksigen diudara dapat bertahan hidup pada keadaan oksigen terlarut di perairan
rendah. Pada stadium kecil, keperluan oksigen untuk kehidupan ikan relatif
lebih besar dari pada stadia lanjut dan kebutuhan oksigen ikan yang bergerak
aktif relatif lebih besar dari pada ikan yang diam. (Cahyono 2011).
Berdasarkan
hasil praktikum, DO ikan lele yang berukuran besar maupun kecil cenderung
mengalami penurunan. DO awal lebih tinggi dari DO akhir. Hal tersebut terjadi
karena ikan dihindarkan mendapat oksigen dari luar sehingga tidak terjadi
difusi. Ikan melakukan respirasi terus menerus dengan mengeluarkan CO2 sehingga
kandungan oksigen di air tersebut berkurang. Ikan lele yang dikondisikan pada
salinitas juga mengalami penurunan DO. Hal tersebut terjadi karena kadar
oksigen terlarut ditentukan oleh temperatur, kadar garam (salinitas) dan
tekanan parsial gas yang terlarut dalam air (Cahyono 2011).
Seiring
dengan penambahan garam, suhu juga meningkat akibatnya proses respirasi dan
metabolisme ikan berlangsung cepat. Selanjutnya peningkatan respirasi
mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Proses respirasi yang tinggi yang
tidak diikuti dengan proses difusi oksigen menyebabkan CO2 berlebih
didalam air sehingga kandungan oksigen di dalam air menjadi berkurang (Effendi
2012).
Berdasarkan analisis dengan anova
dapat diketahui bahwa ukuran ikan berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi
oksigen. Sedangkan salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi
oksigen ikan lele dan antara ukuran ikan dengan salinitas tidak ada interaksi
antara keduanya.
KESIMPULAN
Konsumsi
oksigen pada ikan lele dipengaruhi oleh ukuran tubuh ikan, salinitas dan
aktifitas. Berdasarkan analisis dengan tabel anova hanya ukuran ikan saja yang
berpengaruh nyata terhadap konsumsi oksigen.
SARAN
Diharapkan untuk praktikum
selanjutnya, spesies ikan dapat diperbanyak untuk membandingkan tingkat oksigen
antar spesies. Selain itu, diperlukan kerja sama untuk setiap kelompok agar
praktikum berjalan dengan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
Cahyono
Bambang. 2011. Budidaya Ikan Di Perairan
Umum. Yogyakarta: Kanisius
Effendi
H. 2012. Telaah Kualitas Air, Bagi
Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius
Pratisto
Aris. 2005. Cara Mudah Mengatasi Masalah
Statistik dan Rancangan percobaan dengan SPSS 12. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo
Salmin. 2005. Oksigen terlarut (DO) dan kebutuhan oksigen
biologi (BOD) sebagai
salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. Oseana. 30(3): 21-26.
Witeska
et al. 2010. Changes
In Oxygen Consumption Rate and Red Blood Parameters In Common Carp Cyprinus
carpio l. After Acute Copper And
Cadmium Exposures. Fresenius Environmental Bulletin. Volume
19. No 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar