Selasa, 13 Mei 2014

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN
(DETERJEN DAN KEKERUHAN)
Aquatic Organism Response to Enviromens Variable
(Detergent and Turbidity)

Sunarni (C14120075)*

Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
2014

Abstrak
Hampir semua perairan sungai di Indonesia yang melewati daerah pemukiman tercemar deterjen, hal ini karena masyarakat menggunakan deterjen untuk keperluan sehari-hari. Limbah deterjen yang masuk ke perairan dari waktu ke waktu semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk. Adanya limbah deterjen yang masuk ke perairan tentu saja mengganggu organisme akuatik. Tujuan praktikum ini untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh detergen dan kekeruhan terhadap biota akuatik serta mengetahui dosis yang mematikan bagi organisme akuatik. Metode yang digunakan yaitu pengamatan langsung dengan metode analisa Rancangan acak lengkap (RAL). Adanya deterjen dan air yang keruh mengakibatkan ikan patin (Pangasius hypophtalmus) mengalami perubahan tingkah laku, perubahan kondisi tubuh, perubahan bobot dan mengurangi tingkat kelangsungan hidupnya. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa deterjen dan kekeruhan mempengaruhi bobot ikan. Ikan Patin memiliki kadar toleransi yang cukup tinggi dibuktikan dengan hasil pengamatan. Selain itu dosis yang mematikan bagi organisme akuatik yaitu deterjen yang memiliki pH lebih dari 9.
Kata kunci       :  Pencemaran, limbah deterjen, kekeruhan
Abstract
Almost all the rivers in Indonesian waters that pass through residential areas contaminated with detergent , this is because people use detergent for everyday purposes . Detergent waste that goes into the water from time to time increased along with population growth . The presence of detergents that enter the waste water of course disturb aquatic organisms . The purpose of this lab to determine and prove the effect of detergents and turbidity on aquatic biota and to know the dose that is lethal to aquatic organisms . The method used is direct observation by the method of analysis completely randomized design ( CRD ) . The presence of detergent and water is murky result catfish ( Pangasius hypophtalmus ) undergo changes in behavior , changes in body condition , changes in weight and reduce their survival rate . Based on the observations it can be concluded that the detergent and turbidity affect the weight of fish . Catfish have a fairly high level of tolerance evidenced by the observations . Besides the lethal dose for aquatic organisms are detergents that have a pH greater than 9 .
Keywords: Pollution , waste detergent , turbidity




PENDAHULUAN
Ikan merupakan hewan yang berdarah dingin (poikilotermik) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Organisme akuatik dalam hal ini ikan, hidup pada lingkungan yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Kondisi lingkungan yang berubah-ubah akan mempengaruhi kehidupan organisme. Organisme akuatik harus merespon perubahan lingkungan tersebut agar dapat bertahan hidup.
Air limbah rumah tangga merupakan sumber yang banyak ditemukan dilingkungan. Salah satu komponennya yang dapat berdampak buruk bagi lingkungan berasal dari deterjen karena manusia pasti menggunakan deterjen setiap harinya sebagai bahan pembersih di rumah tangga (Halang 2004).
Deterjen merupakan salah satu zat pembersih seperti halnya sabun dan air yang memiliki sifat dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga digunakan sebagai bahan pembersih kotoran. Bahan utama detergen yaitu surfaktan. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk, penggunaan deterjen sebagai pembersih peralatan industri dan rumah tangga pun semakin meningkat. Ketika limbah hasil cucian yang mengandung deterjen langsung dibuang ke badan air, maka muncul buih yang dapat mengganggu mutu air, mengganggu ekosistem yang ada dalam badan air, serta menimbulkan kerusakan air tanah. (Darmawanti 2002). Lingkungan perairan yang tercemar limbah deterjen kategori keras ini dalam konsentrasi tinggi akan mengancam dan membahayakan kehidupan biota air dan manusia yang mengkonsumsi biota tersebut Konsentrasi deterjen maksimum yang diperbolehkan pada air minum tidak boleh melebihi 0,05 mg/lt sebagai senyawa aktif biru metilen ( MBAS ).
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh detergen dan kekeruhan terhadap biota akuatik serta mengetahui dosis yang mematikan bagi organisme akuatik.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 27 sampai 28 Februari 2014, pukul 15.00 WIB di laboratorium Fisiologi Hewan Air, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum yaitu akuarium, aerator, ember, gayung, timbangan digital, lap/tissue, botol cup. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan yaitu ikan patin (Pangasius hypophtalmus), detergen, lumpur/tanah dan air.

Rancangan Percobaan
Rancangan acak lengkap (RAL) adalah  rancangan yang digunakan untuk percobaan yang mempunyai media atau tempat percobaan yang seragam atau homogen, sehingga RAL banyak digunakan untuk percobaan laboratorium (Sastrosupadi 2002). Dalam praktikum ini yaitu rancangan percobaan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan deterjen lima perlakuan tersebut adalah perlakuan kontrol, 50 ppt, 100 ppt, 150 ppt dan gradual. Pengamatan dilakukan pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB dan 15.00 WIB.
                                                         
Prosedur Kerja
Lima buah akuarium disiapkan sebagai uji coba. Akuarium satu untuk kontrol, akuarium 2, 3 dan 4 untuk perlakuan detergen berbeda. Perlakuan dengan detergen digunakan dosis detergen 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm dan gradual. Akuarium ke-5 digunakan untuk perlakuan peningkatan dosis detergen secara gadual. Masing-masing akuarium diisi air 10 liter dan dilabeli dengan berbagai tingkat dosis yang berbeda. Aerator disiapkan pada masing-masing akuarium. Detergen dilarutkan terlebih dahulu di botol cup kemudian dimasukkan ke akuarium. Tiga ekor ikan dimasukkan pada masing-masing akuarium namun ikan tersebut ditimbang terlebih dahulu. Setiap 10 menit selama 1 jam ikan yang mati dicatat. Pengamatan dilakukan pukul 08.00 WIB, 12.00 WIB dan 15.00 WIB Pada akhir praktikum masing-masing ikan dalam akuarium ditimbang bobot akhirnya.

Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:
Model observasi:
Yij= µ+τi+εij
Dimana i = 1,2,3.....
j = 1,2,3...
Keterangan :
Yij= pengaruh perlakuan ke-i, ulangan ke i
µ = rataan umum
τi = pengaruh perlakuan ke-i
εij = galat perlakuan ke-i, ulangan ke j
Asumsi:
1.εy bebas satu sama lain
2. εij  N
3. pengaruh perlakuan τi bersifat tetap
4. µ, τi, εij bersifat aditif
Hipotesis
Ho = detergen tidak mempengaruhi bobot ikan
H1 = detergen mempengaruhi bobot ikan atau minimal ada satu perlakuan yang mempengaruhi bobot ikan.
 

Keterangan :
MR           = Mortalitas (%)
SR            = Sintasan (%)
Nt             = Jumlah ikan akhir
No            = Jumlah ikan awal

HASIL DAN PEMBAHASAN
   Tabel 1  Perubahan bobot (∆W) ikan Patin (Pangasius hypophtalmus) terhadap perlakuan deterjen

De-
terjen
P1
P2
P3
P4
P5
U1
1
0,3
0,87
0,15
0,5
U2
1
1,29
2,39
1,13
1,31
U3
4,76
3,57
3,98
2,59
3,19
U4
8,50
8,89
7,36
3,81
8,25
U5
1,07
4,07
7,90
8,53
7,49

Berdasarkan tabel Perubahan bobot ikan Patin (Pangasius hypophtalmus) terhadap perlakuan deterjen diatas dapat diketahui bahwa perubahan bobot ikan terbesar pada perlakuan kontrol terdapat pada ulangan ke-4 yaitu 8,50 gram dan terkecil terdapat pada ulangan ke-1 dan ke-2 yaitu 1 gram. Perlakuan dengan dosis 50 ppm memiliki perubahan bobot terbesar yaitu 8,89 gram pada ulangan ke-4 dan perubahan terkecil terdapat pada ulangan ke-1 yaitu 0,3 gram. Perlakuan dengan dosis 100 ppm memiliki perubahan bobot terbesar yang terdapat pada ulangan ke-5 yaitu 7,90 gram dan terkecil terdapat pada ulangan ke-1 yaitu 0,87 gram. Perlakuan dengan dosis 150 ppm memiliki perubahan bobot terbesar yang terdapat pada ulangan ke-5 yaitu 8,53 gram dan terkecil terdapat pada ulangan ke-1 yaitu 0,15 gram. Sedangkan perlakuan gradual memiliki perubahan bobot terbesar pada ulangan ke-4 yaitu 7,49 gram dan terkecil pada ulangan ke-1 yaitu 1,31 gram.

   Tabel 2  Perubahan bobot (∆W) ikan Patin  (Pangasius hypophtalmus) terhadap perlakuan kekeruhan.

Ke-
keruhan
P1
P2
P3
P4
P5
U1
0,44
0,40
0,35
0,38
0,35
U2
0,64
0,17
1,96
5,47
1,71
U3
1,18
1,44
1,82
0,08
2
U4
0,48
0,48
0,45
0,57
0,36
U5
1,96
0,11
9,01
8,01
0,11

Berdasarkan tabel perubahan bobot ikan terhadap perlakuan kekeruhan diatas dapat diketahui bahwa perubahan bobot ikan terbesar pada perlakuan kontrol terdapat pada ulangan ke-5 yaitu 1,96 gram dan terkecil terdapat pada ulangan ke-1 yaitu 0,44 gram. Perlakuan dengan dosis 50 ppm memiliki perubahan bobot terbesar yaitu 1,44 gram pada ulangan ke-3 dan perubahan terkecil terdapat pada ulangan ke-5 yaitu 0,11 gram. Perlakuan dengan dosis 100 ppm memiliki perubahan bobot terbesar yang terdapat pada ulangan ke-5 yaitu 9,01 gram dan terkecil terdapat pada ulangan ke-1 yaitu 0,35 gram. Perlakuan dengan dosis 150 ppm memiliki perubahan bobot terbesar yang terdapat pada ulangan ke-5 yaitu 8,501 gram dan terkecil terdapat pada ulangan ke-3 yaitu 0,08 gram. Sedangkan perlakuan gradual memiliki perubahan bobot terbesar pada ulangan ke-3 yaitu 2 gram dan terkecil pada ulangan ke-5 yaitu 0,11 gram.
Berdasarkan hasil pengamatan, ikan patin masih dapat bertahan hidup dalam perlakuan deterjen dengan dosis yang berbeda-beda, meskipun ada 1 ikan yang mati pada dosis 100 ppm. Hal tersebut sesuai dengan Khairuman dan Amri (2010) yang mengatakan bahwa ikan patin merupakan ikan yang toleran terhadap derajat keasaman (pH) air. Ikan patin dapat bertahan hidup pada perairan dengan kisaran pH lebar, dari perairan yyang agak asam sampai perairan basa dengan kisaran pH 5-9. Cahyono (2011) mengatakan bahwa kisaran pH yang cocok untuk budidaya ikan tergantung pada jenis ikan yang dipelihara. Sebab setiap jenis ikan menghendaki kisaran pH antara 5-8,7. Selain itu, pH yang sesuai dengan kehidupan patin yaitu 5-6. Meskipun demikian, karena ikan merupakan organisme yang bersifat poikiloterm maka ikan selalu menyesuaikan dengan kondisi lingkungan sekitarnya sehingga tingkah laku ikan pun berubah dari yang awalnya bergerak aktif menjadi lambat. Tingkah laku ikan karena penambahan deterjen dapat dilihat pada lampiran (tabel 3).
Perubahan kondisi tubuh akibat penambahan perlakuan deterjen yaitu mulut, insang dan sirip kaudalnya menjadi merah atau berdarah. Selain itu, ketika dilakukan pengamatan pada siang hari, ikan pada perlakuan deterjen 100 ppm ada seekor ikan yang mati dan ketika dipegang licin. Hal tersebut menunjukkan bahwa ikan mengeluarkan lendir untuk menyesuaikan dengan kondisi lingkungannya.
Perubahan kondisi tubuh ikan dapat dilihat di lampiran (tabel 5).
Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa  deterjen memiliki pengaruh terhadap ikan patin (Pangasius hypophtalmus) yaitu  dapat memperlambat pertumbuhan dan membatasi ruang gerak ikan. Selain itu juga dampak yang ditimbulkan adalah pendarahan pada organ dalam ikan salah satu nya yaitu bagian insang. Hal tersebut kemungkinan disebabkan ketidakmampuan insang dalam mentolerir kandungan deterjen yang terhisap di insang, sehingga terjadi penggumpalan dan akhirnya pecah menimbulkan pendarahan. Akibat terganggunya salah satu fungsi organ tubuh.
Berdasarkan analisis sidik ragam dengan anova single factor dapat diketahui bahwa  deterjen memiliki pengaruh yang nyata terhadap bobot ikan. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil F hitung lebih besar dari F tabel yang artinya tolak H0 atau terima H1. Dimana hipotesis H0 yaitu detergen tidak mempengaruhi bobot ikan sedangkan H1 yaitu detergen mempengaruhi bobot ikan. Hasil perhitungan dengan sidik ragam dapat dilihat di lampiran (tabel 6).
Menurut Effendi (2012) Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan yang terlarut.  Kekeruhan yang tinggi dapat menyebabkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik, serta dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa kekeruhan mempengaruhi tingkah laku ikan yaitu dalam pergerakannya. Ikan patin dalam kontrol bergerak aktif, sedangkan ikan yang diberi perlakuan gerakannya menjadi agak lambat. Di duga, suspensi yang ada dalam air mengganggu penglihatan ikan sehingga gerakannya tidak aktif.
Berdasarkan hasil analisis dengan tabel sidik ragam anova single factor dapat diketahui bahwa kekeruhan tidak memiliki pengaruh nyata terhadap bobot ikan. hal tersebut dibuktikan dengan hasil F hitung lebih kecil dari F tabel yang artinya gagal tolak H0 atau terima H0. Dimana hipotesis H0 yaitu kekeruhan tidak mempengaruhi bobot ikan sedangkan H1 yaitu kekeruhan mempengaruhi bobot ikan. Hasil perhitungan dengan sidik ragam dapat dilihat di lampiran (tabel 6).

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa deterjen dan kekeruhan mempengaruhi bobot ikan. Ikan Patin memiliki kadar toleransi yang cukup tinggi dibuktikan dengan hasil pengamatan. Selain itu dosis yang mematikan bagi organisme akuatik yaitu deterjen yang memiliki pH lebih dari 9.

SARAN
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, praktikum dapat berjalan lancar dan tepat waktu sehingga praktikum dapat bermanfaat. Selain itu diperlukan kerja sama untuk setiap kelompok agar praktikum berjalan dengan lancar.

DAFTAR PUSTAKA
Cahyono Bambang. 2011. Budi Daya Ikan di Perairan Umum. Yogyakarta: Kanisius
Darmawanti A. 2002. Pengaruh Surfaktan Deterjen Linear Alkylbenzene Sulfonate terhadap Larva Ikan Patin (Pangasius hypopthalmus Sauvage). Skripsi. Program Studi Budidaya Perairan, Faultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Effendi H. 2012. Telaah Kualitas air, bagi Pengelolaan Daya dan Lingkungan perairan. Yogyakarta: Kanisius
Halang Bunda. 2004. Toksisitas Air Limbah Deterjen Terhadap ikan Mas (Cyprinus carpio). Bioscientiae. Volume 1, Nomor 1, halaman 39-49.
Khairuman dan Amri K. 2010. Petunjuk Praktis Budi Daya Patin di Kolam Terpal. Jakarta : PT. AgroMedia Pustaka
Sastrosupadi Adji. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Yogyakarta: Kanisius



Tidak ada komentar:

Posting Komentar