Laporan Praktikum ke-2 Hari/Tanggal : Jumat/27 Februari 2015
m.k Manajemen Kesehatan Kelompok/Shift : X/2
Organisme Akuakultur Asisten : Ermianus Samalei
DESINFEKSI WADAH DAN MEDIA PEMELIHARAAN
Disusun oleh:
Sunarni
C14120075
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam kegiatan budidaya dikenal
adanya kegiatan persiapan wadah. Wadah dan media budidaya merupakan bagian
penting dan memerlukan penanganan khusus diawal kegiatan budidaya. Air yang
digunakan sebagai media pemeliharaan dapat menjadi sumber penyakit dan kematian
massal pada ikan jika air yang digunakan tidak steril. Penggunanaan benih yang
baik tidak menentukan produksi lebih baik ketika wadah dan media pemeliharaan
yang digunakan mengandung sumber patogen (Khairuman 2008).
Pemakaian wadah yang terus menerus
dan tanpa dilakukan desinfektan juga dapat mengakibatkan sumber penyakit
berkembang dari satu siklus ke siklus pemeliharaan selanjutnya. Pencucian
dengan desinfektan harus dilakukan setiap memulai pemeliharaan.
Pada
praktikum kali ini, desinfektan yang digunakan adalah klorin, kalium
permanganat dan methylen blue.
Perlakuan desinfektan berbeda dengan dosis yang berbeda dilakukan pada media
dan wadah untuk mengetahui dosis yang tepat untuk desinfeksi wadah dan media.
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mempelajari
dan mengaplikasikan teknik penanganan wadah dan media pemeliharaan menggunakan
desinfektan dengan dosis yang berbeda.
II. METODOLOGI
2.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Jumat,
tanggal 20 Februari 2015 pukul 15.00-18.00. Praktikum
ini dilaksanakan di
Laboratorium Kesehatan Ikan,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
2.2
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu toples, jarum ose, bunsen,
korek api, tissu, cawan petri,
plastik wraps, syringe, label dan rak. Bahan-bahan yang digunakan
yaitu air, alkohol 70 %, klorin, kalium permanganat, Methylen blue dan media
agar.
2.3
Prosedur
2.3.1
Desinfeksi Wadah
Sterilisasi
tangan dan meja dengan alkohol 70%. Selanjutnya
bunsen dinyalakan dengan korek api. Jarum ose dibakar diatas bunsen
sampai merah, didiamkan sebentar lalu dinding toples dioles dengan ose.
Selanjutnya cawan yang berisi media agar dipanaskan di depan bunsen, tutupnya
di buka lalu dilakukan penggoresan secara zig-zag. Cawan ditutup dengan kertas wraps dan beri label. Cawan dimasukkan
ke dalam plastik kemudian diinkubasi selama 18 jam.
2.3.2 Desinfeksi
Media
Toples
diisi air sebanyak 1 liter kemudian ditetesi Pk 2 mL (dosis 10 ppm) dan diaduk. Sterilisasi tangan dan meja dengan
alkohol 70%. Selanjutnya bunsen
dinyalakan dengan korek api. Jarum ose dibakar diatas bunsen sampai merah,
didiamkan sebentar lalu air/media diambil dengan ose. Selanjutnya cawan yang
berisi media agar dipanaskan di depan bunsen, tutupnya di buka lalu dilakukan
penggoresan dengan dua kali ulangan. Cawan ditutup dengan kertas wraps dan beri label. Cawan dimasukkan
ke dalam plastik kemudian diinkubasi selama 18 jam.
III.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Tabel diibawah ini merupakan
hasi sterilisasi wadah pemeliharaan dari kelompok 10.
Tabel 1 Hasil Sterilisasi Wadah Pemeliharaan kelompok 10
No.
|
Perlakuan
|
Hasil
|
Gambar
|
|
0 ppm
|
100 ppm
|
|||
10
|
Klorin
|
+
|
++
|
Keterangan
: + : Tumbuh bakteri
++ :
Tumbuh banyak bakteri
-
: Tidak tumbuh
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa wadah yang
di sterilisasi dengan klorin 0 ppm (tanpa klorin) menunjukkan adanya bakteri
yang tumbuh, sedangkan wadah yang disterilisasi dengan klorin 100 ppm
menunjukkan adanya bakteri yang tumbuh banyak.
Tabel dibawah ini merupakan hasil sterilisasi media
pemeliharaan dari kelompok 1-12.
Tabel 2 Hasil Sterilisasi Media Pemeliharaan
No.
|
Perlakuan
|
Dosis (ppm)
|
Hasil
|
Gambar
|
|
Ulangan 1
|
Ulangan 2
|
||||
1
|
Klorin
|
0
|
+
|
+
|
|
2
|
Klorin
|
15
|
+
|
+
|
|
3
|
Klorin
|
30
|
+
|
+
|
|
4
|
Klorin
|
45
|
+
|
+
|
|
5
|
Mb
|
0
|
+
|
+
|
|
6
|
Mb
|
10
|
+
|
+
|
|
7
|
Mb
|
20
|
+
|
+
|
|
8
|
Mb
|
30
|
+
|
+
|
|
9
|
Pk
|
0
|
+
|
+
|
|
10
|
Pk
|
10
|
+
|
+
|
|
11
|
Pk
|
20
|
-
|
-
|
|
12
|
Pk
|
30
|
+
|
+
|
Keterangan
: + : Tumbuh bakteri
++ :
Tumbuh banyak bakteri
-
: Tidak tumbuh
Berdasarkan tabel diatas dapat
diketahui bahwa media pemeliharaan/air yang diberi desinfektan klorin dengan
dosis 0 ppm, 15 ppm, 30 ppm dan 45 ppm menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri.
Media pemeliharaan yang diberi desinfektan Mb dengan dosis 0 ppm, 10 ppm, 20
ppm dan 30 ppm menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri. Media pemeliharaan yang
diberi desinfektan Pk dengan dosis 0 ppm, 10 ppm dan 30 ppm menunjukkan adanya
pertumbuhan bakteri, sedangkan yang diberi Pk dengan dosis 20 ppm menunjukkan
tidak adanya pertumbuhan bakteri.
3.2
Pembahasan
Penyakit karena infeksi dalam kegiatan budidaya dapat menjadi penghambat proses
produksi, terutama penyakit yang disebabkan oleh virus. Akibat terkena virus
akan mengakibatkan kegagalan pada kegiatan produksi budidaya dan akan menjadi
resiko terbesar dalam siklus budidaya ikan. Infeksi virus yang dilihat sebagai
patogen tunggal harus segera dimusnahkan karena apabila terdapat satu virus
yang terdapat di lingkungan perairan akan mengakibatkan tumbuhnya beberapa
penyakit yang lainnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit dengan cara memusnahkan patogen yaitu dengan cara kegiatan
desinfeksi. Desinfeksi adalah proses mengahancurkan atau membunuh organisme
patogen pada benda atau alat dengan menggunakan campuran zat kimia cair. Dengan
kata lain desinfeksi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mencegah
penyakit yang berada didalam kegiatan budidaya. Desinfektan yang diberikan
dapat berfungsi untuk menanggulangi serangan penyakit pada ikan dalam kegiatan
budidaya. Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfeksi melalui cara
mencuci, mengoles, merendam, dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya
infeksi, dan mengkondisikan alat dalam keadaan siap pakai (Rustikawati 2012).
Beberapa jenis desinfektan yang sering digunakan pada kegiatan budidaya
yaitu kaporit, ozon, formalin dan klorin. Pada praktikum kali ini desinfektan
yang digunakan yaitu kalium permanganat, klorin dan methylen blue. Hasil yang
didapat menggunakan desinfektan klorin dengan dosis berbeda, ternyata wadah
yang tanpa diberi klorin (0 ppm) lebih baik karena bakteri yang tumbuh hanya
sedikit, sedangkan wadah yang didesinfeksi dengan klorin dosis 100 ppm justru
banyak tumbuh bakteri. Klorin memiliki unsur yang dapat berkaitan dengan unsur
yang lainnya. Namun apabila dosis yang diberikan berlebihan akan berdampak
negatif pada lingkungan. Hal tersebut bisa terjadi karena klorin dapat bereaksi
dengan senyawa-senyawa organik yang ada dilingkungan perairan (Hasan 2006).
Hasil yang didapat dengan desinfektan kalium permanganat yaitu dosis 20 ppm
lebih baik dari bahan desinfektan lain karena media tidak ditumbuhi dengan
bakteri. Kalium permanganat berfungsi menurunkan kadar besi dan mangan terlarut
pada perairan payau (Amin dan Sari 2014). Penggunaan methylen blue sebagai bahan desinfektan tidak baik karena semua dosis
yang diberikan tumbuh bakteri. Diduga ada kesalahan pada proses pengerjaannya
maka dari itu terjadi kontaminasi. Methylen
blue dapat menurunkan populasi didalam air dan dapat menurunkan terjadinya
infeksi sekunder (Ashary et al 2014).
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Wadah dan media pemeliharaan yang akan digunakan dapat ditangani
dengan menggunakan desinfektan seperti klorin, kalium permanganat dan methylen blue. Desinfektan yang baik
yaitu kalium permanganat dengan dosis 20 ppm.
4.2
Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya dapat digunakan
desinfektan lain yang belum pernah dilakukan seperti ozon.
DAFTAR PUSTAKA
Amin JM dan Sari DP. 2014. Penurunan
Kadar Besi Dan Mangan Terlarut Dalam Air Payau Melalui Proses Oksidasi
Menggunakan Kalium Permanganat. Prosiding
seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26 – 27 September 2014.
Ashary C, Reiny AT dan Kolopita MEF. 2014. Diagnosa
Penyakit Bakterial Pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) yang
Di Budi Daya Pada Jaring Tancap Di Danau Tondano. Jurnal Budidaya Perairan 2014, Vol. 2 No. 3: 24 – 30.
Hasan A. 2006. Dampak Penggunaan Klorin.
Jurnal Teknologi Lingkungan, P3TL-
BPPT.7.(1): 90 – 96.
Khairuman. 2008. Budidaya Lele
Dumbo Secara Intensif. Jakarta(ID): Agromedia Pustaka.
Rustikawati I. 2012.
Efektivitas Ekstrak Sargassum sp.
Terhadap diferesiansi leukosit ikan nila (Oreochromis
niloticus) yang diinfeksi streptococcus
iniae. Jurnal akuakultur .
Vol.111 np.2 (125-134)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar