Minggu, 15 Maret 2015

Laporan Praktikum ke-2                         Hari/Tanggal     : Jumat/27 Februari 2015
m.k Manajemen Kesehatan                     Kelompok/Shift       : X/2
Organisme Akuakultur                           Asisten              : Ermianus Samalei






DESINFEKSI WADAH DAN MEDIA PEMELIHARAAN




Disusun oleh:
Sunarni
C14120075







 


















DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
I.     PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang
Dalam kegiatan budidaya dikenal adanya kegiatan persiapan wadah. Wadah dan media budidaya merupakan bagian penting dan memerlukan penanganan khusus diawal kegiatan budidaya. Air yang digunakan sebagai media pemeliharaan dapat menjadi sumber penyakit dan kematian massal pada ikan jika air yang digunakan tidak steril. Penggunanaan benih yang baik tidak menentukan produksi lebih baik ketika wadah dan media pemeliharaan yang digunakan mengandung sumber patogen (Khairuman 2008).
Pemakaian wadah yang terus menerus dan tanpa dilakukan desinfektan juga dapat mengakibatkan sumber penyakit berkembang dari satu siklus ke siklus pemeliharaan selanjutnya. Pencucian dengan desinfektan harus dilakukan setiap memulai pemeliharaan.
Pada praktikum kali ini, desinfektan yang digunakan adalah klorin, kalium permanganat dan methylen blue. Perlakuan desinfektan berbeda dengan dosis yang berbeda dilakukan pada media dan wadah untuk mengetahui dosis yang tepat untuk desinfeksi wadah dan media.

1.2         Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mempelajari dan mengaplikasikan teknik penanganan wadah dan media pemeliharaan menggunakan desinfektan dengan dosis yang berbeda.









II.  METODOLOGI

2.1         Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 20 Februari 2015 pukul 15.00-18.00. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
2.2         Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu toples, jarum ose, bunsen, korek api, tissu, cawan petri, plastik wraps, syringe, label dan rak. Bahan-bahan yang digunakan yaitu air, alkohol 70 %, klorin, kalium permanganat, Methylen blue dan media agar. 
2.3         Prosedur
2.3.1   Desinfeksi Wadah
Sterilisasi tangan dan meja dengan alkohol 70%. Selanjutnya  bunsen dinyalakan dengan korek api. Jarum ose dibakar diatas bunsen sampai merah, didiamkan sebentar lalu dinding toples dioles dengan ose. Selanjutnya cawan yang berisi media agar dipanaskan di depan bunsen, tutupnya di buka lalu dilakukan penggoresan secara zig-zag. Cawan ditutup dengan kertas wraps dan beri label. Cawan dimasukkan ke dalam plastik kemudian diinkubasi selama 18 jam.
2.3.2   Desinfeksi Media
Toples diisi air sebanyak 1 liter kemudian ditetesi Pk 2 mL (dosis 10 ppm) dan diaduk. Sterilisasi tangan dan meja dengan alkohol 70%. Selanjutnya  bunsen dinyalakan dengan korek api. Jarum ose dibakar diatas bunsen sampai merah, didiamkan sebentar lalu air/media diambil dengan ose. Selanjutnya cawan yang berisi media agar dipanaskan di depan bunsen, tutupnya di buka lalu dilakukan penggoresan dengan dua kali ulangan. Cawan ditutup dengan kertas wraps dan beri label. Cawan dimasukkan ke dalam plastik kemudian diinkubasi selama 18 jam.



III.   HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1    Hasil
Tabel diibawah ini merupakan hasi sterilisasi wadah pemeliharaan dari kelompok 10.
Tabel 1 Hasil Sterilisasi Wadah Pemeliharaan kelompok 10
No.
Perlakuan
Hasil
Gambar
0 ppm
100 ppm
10
Klorin
+
++
Keterangan : +     : Tumbuh bakteri
                        ++   : Tumbuh banyak bakteri
-          : Tidak tumbuh

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa wadah yang di sterilisasi dengan klorin 0 ppm (tanpa klorin) menunjukkan adanya bakteri yang tumbuh, sedangkan wadah yang disterilisasi dengan klorin 100 ppm menunjukkan adanya bakteri yang tumbuh banyak.

Tabel dibawah ini merupakan hasil sterilisasi media pemeliharaan dari kelompok 1-12.
Tabel 2 Hasil Sterilisasi Media Pemeliharaan
No.
Perlakuan
Dosis (ppm)
Hasil
Gambar
Ulangan 1
Ulangan 2
1
Klorin
0
+
+
2
Klorin
15
+
+
3
Klorin
30
+
+
4
Klorin
45
+
+
5
Mb
0
+
+
6
Mb
10
+
+
7
Mb
20
+
+
8
Mb
30
+
+
9
Pk
0
+
+
10
Pk
10
+
+
11
Pk
20
-
-
12
Pk
30
+
+
Keterangan : +     : Tumbuh bakteri
                        ++   : Tumbuh banyak bakteri
-          : Tidak tumbuh
                             Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa media pemeliharaan/air yang diberi desinfektan klorin dengan dosis 0 ppm, 15 ppm, 30 ppm dan 45 ppm menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri. Media pemeliharaan yang diberi desinfektan Mb dengan dosis 0 ppm, 10 ppm, 20 ppm dan 30 ppm menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri. Media pemeliharaan yang diberi desinfektan Pk dengan dosis 0 ppm, 10 ppm dan 30 ppm menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri, sedangkan yang diberi Pk dengan dosis 20 ppm menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri.
                                   
3.2  Pembahasan
Penyakit karena infeksi dalam kegiatan budidaya dapat menjadi penghambat proses produksi, terutama penyakit yang disebabkan oleh virus. Akibat terkena virus akan mengakibatkan kegagalan pada kegiatan produksi budidaya dan akan menjadi resiko terbesar dalam siklus budidaya ikan. Infeksi virus yang dilihat sebagai patogen tunggal harus segera dimusnahkan karena apabila terdapat satu virus yang terdapat di lingkungan perairan akan mengakibatkan tumbuhnya beberapa penyakit yang lainnya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit dengan cara memusnahkan patogen yaitu dengan cara kegiatan desinfeksi. Desinfeksi adalah proses mengahancurkan atau membunuh organisme patogen pada benda atau alat dengan menggunakan campuran zat kimia cair. Dengan kata lain desinfeksi merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mencegah penyakit yang berada didalam kegiatan budidaya. Desinfektan yang diberikan dapat berfungsi untuk menanggulangi serangan penyakit pada ikan dalam kegiatan budidaya. Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfeksi melalui cara mencuci, mengoles, merendam, dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi, dan mengkondisikan alat dalam keadaan siap pakai (Rustikawati 2012).
Beberapa jenis desinfektan yang sering digunakan pada kegiatan budidaya yaitu kaporit, ozon, formalin dan klorin. Pada praktikum kali ini desinfektan yang digunakan yaitu kalium permanganat, klorin dan methylen blue. Hasil yang didapat menggunakan desinfektan klorin dengan dosis berbeda, ternyata wadah yang tanpa diberi klorin (0 ppm) lebih baik karena bakteri yang tumbuh hanya sedikit, sedangkan wadah yang didesinfeksi dengan klorin dosis 100 ppm justru banyak tumbuh bakteri. Klorin memiliki unsur yang dapat berkaitan dengan unsur yang lainnya. Namun apabila dosis yang diberikan berlebihan akan berdampak negatif pada lingkungan. Hal tersebut bisa terjadi karena klorin dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa organik yang ada dilingkungan perairan (Hasan 2006).
Hasil yang didapat dengan desinfektan kalium permanganat yaitu dosis 20 ppm lebih baik dari bahan desinfektan lain karena media tidak ditumbuhi dengan bakteri. Kalium permanganat berfungsi menurunkan kadar besi dan mangan terlarut pada perairan payau (Amin dan Sari 2014). Penggunaan methylen blue sebagai bahan desinfektan tidak baik karena semua dosis yang diberikan tumbuh bakteri. Diduga ada kesalahan pada proses pengerjaannya maka dari itu terjadi kontaminasi. Methylen blue dapat menurunkan populasi didalam air dan dapat menurunkan terjadinya infeksi sekunder (Ashary et al 2014).




























IV.   KESIMPULAN DAN SARAN

4.1         Kesimpulan
Wadah dan media pemeliharaan yang akan digunakan dapat ditangani dengan menggunakan desinfektan seperti klorin, kalium permanganat dan methylen blue. Desinfektan yang baik yaitu kalium permanganat dengan dosis 20 ppm.
4.2         Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya dapat digunakan desinfektan lain yang belum pernah dilakukan seperti ozon.



















DAFTAR PUSTAKA

Amin JM dan Sari DP. 2014. Penurunan Kadar Besi Dan Mangan Terlarut Dalam Air Payau Melalui Proses Oksidasi Menggunakan Kalium Permanganat. Prosiding seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26 – 27 September 2014.

Ashary C, Reiny AT dan Kolopita MEF. 2014. Diagnosa Penyakit Bakterial Pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Di Budi Daya Pada Jaring Tancap Di Danau Tondano. Jurnal Budidaya Perairan 2014, Vol. 2 No. 3: 24 – 30.

Hasan A. 2006. Dampak Penggunaan Klorin. Jurnal Teknologi Lingkungan, P3TL- BPPT.7.(1): 90 – 96.

Khairuman. 2008. Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Jakarta(ID): Agromedia Pustaka.

Rustikawati I. 2012. Efektivitas Ekstrak Sargassum sp. Terhadap diferesiansi leukosit ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diinfeksi streptococcus iniae. Jurnal akuakultur . Vol.111 np.2 (125-134)


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar