Laporan Praktikum ke-7&8
Hari/Tanggal : Selasa/11 November 2014
m.k Penyakit Organisme Akuatik Kelompok : XII
Asisten : -
DETEKSI
PENYAKIT VIRAL KHV (KOI HERPES VIRUS) PADA IKAN MAS MENGGUNAKAN PCR
Disusun oleh:
Sunarni
C14120075
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2014
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam lingkungan
perairan, ikan senantiasa kontak dengan
jasad patogen seperti bateri, virus maupun protozoa yang berpotensi menginfeksi
ikan. Masuknya jasad patogen ini tergantung dari lingkungan, ikan dan organisme
patogen. Jika ikan tidak memiliki daya tahan yang baik maka ikan akan mudah
terserang penyakit (Sari 2003).
Penyakit yang
muncul dalam lingkungan
budidaya dapat disebabkan karena dua faktor, yaitu penyakit infeksi dan
penyakit non infeksi. Penyakit
infeksi disebabkan karena
mikroorganisme, seperti cendawan,
bakteri, Virus. Sedangkan penyakit
non infeksi disebabkan
oleh lingkungan, seperti
faktor lingkungan, kekurangan asupan nutrisi, iklim, dan sebagainya.
Salah satu
penyakit infeksius yaitu penyakit KHV. Penyakit KHV (Koi Herpes Virus)
merupakan penyakit yang digolongkan sebagai penyakit utama di Indonesia.
Penyakit ini menyerang ikan koi dan ikan mas. Penyakit ini sudah menyebar
diseluruh Indonesia sehingga mengakibatkan produksi ikan mas mengalami
penurunan (Sulistiyowati E et al 2010).
Sehingga diperlukan cara untuk mengatasi penyakit KHV tersebut, salah satunya
dengan metode PCR.
1.2
Tujuan
Tujuan
dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mengetahui
cara mendeteksi penyakit viral pada ikan dengan
menggunakan metode PCR.
II.
METODOLOGI
2.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum deteksi
viral KHV pada ikan mas menggunakan PCR dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 14 oktober 2014 dan selasa
4 November 2014.
Praktikum ekstraksi
DNA dilaksanakan pada hari Selasa tanggal
14 oktober 2014 dan praktikum PCR dan elektroforesis dilakukan pada hari selasa
4 November 2014 di Laboratorium Marine Sains Technology (MST), Departemen
Budidaya Perairan.
2.2
Alat
dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan adalah termoshake, mikropipet, mikrotube, mikrotipe, kit pure gene A,
sentrifuge, vortex, mesin PCR, elektroforesis, kulkas. Bahan-bahan yang digunakan adalah ikan mas,
ETOH 70%, isopropanol 300 µl, protein presipitation solution 50 µl, proteinase
k 150 µl, pp, buffer, MgCl2, dNTP, primer forward, primer reverse, IEW dan DNA.
2.3
Prosedur
2.3.1
Ekstraksi DNA
Bahan yang
digunakan dalam praktikum sudah dilisis dan diinkubasi kemudian ditambahkan pp,
selanjutnya divortex selama 10 detik dengan kecepatan sedang. Mikrotube
disentrifugasi dengan kecepatan 1300 rpm pada suhu ruang selama 10 menit.
Supernatan yang terbentuk diambil dengan mikropipet. Setelah terambil
supernatant dimasukkan atau dipindahkan ke dalam mikrotube yang baru yang telah
berisi isopropanol 300 µl lalu
diinkubasi selama 10 menit. Mikrotube disentrifugasi dengan kecepatan 1300 rpm
selama 10 menit. Supernatant yang terbentuk kemudian dibuang dan ditambahkan 1
µl ETOH 70%. Selanjutnya divortex selama 10 detik kemudian disentrifugasi
dengan kecepatan 13000 rpm selama 10 menit. Supernatan dibuang kemudian
dikering udarakan,
2.3.2
Amplifikasi dengan PCR
IEW dimasukkan ke dalam mikrotube sebanyak 20 µl,
Primer forward 2 µl dan primer reverse 2 µl dimasukkan dimasukkan ke dalam
mikrotube dengan mikropipet, kemudian sampel DNA 1µl dimasukkan ke dalam
mikrotube. Mikrotube divortex lagi selama beberapa detik dan selanjutnya di PCR
2.2.3 Visualisasi dengan Elektrforesis
Gel agarosa diwarnai dengan ethidium bromide (EtBr) kemudian
diinkudasi selama 1 jam dan selanjutnya dilakukan pengamatan dibawah lampu UV
dan difoto menggunakan kamera digital.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Berikut ini adalah gambar
hasil visuaisasi elektroforesis
Gambar 1. Visualisasi
dengan elektroforesis
Keterangan : 1-13 : sampel
- : kontrol Bahan
+ : kontrol positif
Berdasarkan
gambar diatas dapat diketahui bahwa sampel yang terdeteksi ada 5 sampel yaitu
sampel ke 3,
4, 8, 11 dan 12. Hal tersebut ditandai
dengan hasil pita yang menunjukkan poaiai 300 bp.
3.2
Pembahasan
Koi Herpes Virus (KHV) merupakan
penyakit virus yang menyerang ikan mas dan koi. Sejak terjadinya wabah ikan mas
yang disebabkan oleh KHV pada tahun 2002 produksi ikan mas di Indonesia
mengalami kelesuan hingga sekarang. Infeksi KHV yang bermula terjadi di pulau
Jawa telah menyebar ke Bali, Sumatera, dan Kalimantan Selatan (Ciptoroso et al 2006). Infeksi KHV ditandai dengan
adanya bercak putih serta kematian masal pada ikan yang terserang. Selain itu
biasanya diikuti oleh adanya infeksi sekunder berupa luka atau bercak putih di
permukaan tubuh yang diinfeksi oleh bakteri seperti Aeromonas hydrophila ataupun
Flexibacter columnaris.
KHV telah menyebar hampir disemua
daerah budidaya ikan mas di Indonesia. Hal itu sesuai dengan data yang telah
terserang KHV berdasarkan keputusan mentri kelautan dan perikanan nomor: KEP.
03/MEN/2010 tentang jenis-jenis hama dan penyakit ikan karantina, golongan,
media pembawa dan sebarannya ( Saselah et
al 2012)
Pengendalian virus yang baik terdapat pada manajemen
budidaya. Pengendalian dapat dilakukan melalui karantina terhadap pemasukan
ikan-ikan baru, dengan menempatkan secara terpisah dari ikan-ikan lainnya dalam
jangka waktu 2-4 minggu. Selama masa karantina tersebut, ikan diamati tingkah
laku dan kesehatannya. Namun, bagaimanapun baiknya sistem karantina, sulit
menjamin ikan tersebut bebas dari virus, hal ini disebabkan metode yang ada
untuk mendeteksi virus masih terbatas dan virus dapat hadir dalam tubuh inang
tanpa menunjukkan gejala klinis (Irianto 2005).
Penanganan penyakit KHV dapat dilakukan dengan Pemanfaatan
Cr-yeast yang dicampurkan dalam pakan telah dilakukan di Balai Besar
Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT Sukabumi) pada tahun 2006 dengan tujuan
untuk meningkatkan daya tahan ikan mas dalam rangka pengendalian Koi Herpes
Virus (KHV) dan menekan mortalitas akibat KHV (Ciptoroso et al 2006)
Dari hasil penelitian Ciptoroso et al (2006) menunjukkan Cr-yeast memberikan respon positif
terhadap sintasan pemeliharaan maupun sintasan setelah uji tantang. Sintasan
pemeliharaan ikan mas untuk masing-masing perlakuan A, B, C dan D secara
berurutan adalah: 77.70%, 74.50%, 67.80% dan 54.30%. Sedangkan sintasan setelah
uji tantang berturut-turut adalah: 67.66%, 63.33%, 50.00% dan 20.00%. Selain
itu pengendalian atau penanganan virus dapat dilakukan dengan pemberian vaksin
seperti yang dilakukan dalam penelitian Fitria (2009) bahwa vaksin DNA dengan
dosis 12.5 μg/100μl dapat mempertahankan kelangsungan hidup ikan mas yang
terinfeksi KHV sebesar 96.7% selama 29 hari setelah uji tantang.
Berdasarkan hasil praktikum dapat
diketahui bahwa sampel
3, 4, 8, 11 dan 12 terdeteksi penyakit
KHV ditandai dengan hasil elektroforesis pada 300 bp. Sampel yang positif terinfeksi KHV akan
terbentuk pita pada posisi 290-300 bp ( Mulyani et al 2011) sedangkan sampel yang lain tidak terdeteksi penyakit
KHV.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa
penyakit viral KHV dapat dideteksi dengan menggunakan PCR
4.2
Saran
Diharapkan untuk pratikum selanjutnya praktikan
lebih kondusif sehingga materi dapat diterima dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Saselah JT, Reiny AT, Henky M. 2012.
Determinasi Molekular Koi Herpes Virus KHV yang diisolasi dari ikan koi
cyprinus carpio koi. Jurnal perikanan dan
kelautan tropis. Vol VIII-2
Ciptoroso, E mudjiutami dan Ayi S.
2006. Pemanfaatan immunostimulan (Cromium Yeast) untuk pengendalian penyakit
pada ikan mas (internet) [diunduh 2014 Nov 10]. Tersedia pada:http://www.djpb.kkp.go.id/benih/ teknologi/PENGENDALIAN%20PENYAKIT%20IKAN%20MAS.pdf
Mulyani
Y. Agus P dan Isni N. 2011. Perbandingan beberapa
metode isolasi dna untuk deteksi dini koi herpes virus pada ikan mas cyprinus
carpio. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan. Universitas padjadjaran
Fitria IH. 2009. Efektivitas Vaksin
Dna Dalam Meningkatkan Kelangsungan Hidup Ikan Mas Yang Terinfeksi Koi
Herpesvirus (Khv). Skripsi. Program Studi Teknologi Manajemen. Perikanan
Budidaya, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan
Teleostei. Yogyakarta : Gadjah BMada University Press.
Sari F. 2003. Identifikasi dan Uji Postulat Koch Cendawan
penyebab Penyakit Pada Ikan Gurami. Skripsi.
Budidaya Perairan, FPIK. IPB
Sulistiyowati E et
al. 2010. Preparasi Antigen KHV untuk pencegahan Ibfeksi KHV pada ikan Koi
( Cyprinus carpio). Indonesian Journal Of Veterinary Science
& Medicine. Volume 1 Nomor 2.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar