Laporan Praktikum ke-3 Hari/Tanggal : Jumat/13 Maret 2015
m.k Manajemen Kesehatan Kelompok/Shift : X/2
Organisme
Akuakultur Asisten : Maysylvani N
GAMBARAN DARAH IKAN NILA (Oreochromis
niloticus)
Disusun oleh:
Sunarni
C14120075
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2015
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembenihan merupakan salah satu kegiatan yang ikut menentukan keberhasilan suatu usaha
budidaya ikan. Sering kali, benih ikan tidak terpenuhi baik secara kuantitas maupun
kualitas. Salah satu penyebabnya yaitu serangan penyakit. Hal ini disebabkan karena system
pertahanan tubuh ikan belum sempurna (Primadaka 1992). Penyakit merupakan salah
satu faktor yang dapat menurunkan produksi ikan. Penyebab penyakit dapat dibagi
menjadi dua kelompok yaitu penyakit infeksi (virus, bakteri, cendawan, cacing dan protozoa) dan noninfeksi (stres, intoksikasi,
defisiensi nutrisi) (Zonneveld et al
1991).
Salah satu indikator terjadinya infeksi pada ikan yaitu
adanya perubahan pada gambaran darah. Ikan yang terserang penyakit terjadi
perubahan pada nilai hematokrit, kadar hemoglobin, jumlah sel darah merah dan jumlah sel darah putih (Bastiawan et al 1995). Pemeriksaan darah ikan
merupakan faktor penting dalam membantu diagnosis, prognosis dan terapi dari penyakit. Oleh karena itu untuk mengetahui
status kesehatan ikan, perlu dilakukan pemeriksaan darah (Irianto 2005).
1.2
Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui
gambaran darah ikan nila (Oreochromis
niloticus) dengan mengukur sejumlah parameter yang meliputi sel darah merah
(SDM), sel darah putih (SDP), hemoglobin (Hb), hematokrit (Hc), differensial
leukosit (DL), dan aktivitas fagositik (AF).
II. METODOLOGI
2.1
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Jumat,
tanggal 27 Februari 2015 dan pada hari Jumat, tanggal 6
Maret 2015 pukul 15.00-18.00. Praktikum ini dilaksanakan di
Laboratorium Kesehatan Ikan,
Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor.
2.2
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan yaitu syringe, baki, serbet/tissue,
hemasitometer, Hb meter, pipet bulir,
pipet sahli, slide, tabung HC, sentrifuge, penggaris, mikrotube dan mikroskop, sedangkan bahan-bahan
yang digunakan yaitu ikan nila, laarutan hayem, antikoagulan, HCl, akuades, methanol,
giemsa, larutan turks, cretoseal,
bakteri Stapillococcus.
2.3 Prosedur
2.3.1
Cara Pengambilan Darah
Syringe dibilas
dengan anti koagulan terlebih dahulu. Ikan nila
ditutup pada bagian kepala lalu darah diambil pada
bagian vena caudal. Setelah darah terambil, ujung
siring dibuka dan darah dimasukkan ke dalam mikrotube.
2.3.2 Perhitungan
Sel Darah Merah
Syringe
diberi anti koagulan 0,1 ml. kemudian darah diambil 0,5 ml. Larutan hayem dihisap sampai
skala 11. Selanjutnya dihomogenkan selama 3-5 menit (bentuk angka 8) dan 2
tetesan pertama dibuang. Kemudian darah
diteteskan ke
hemasitometer dan diamati serta dihitung di mikroskop.
2.3.3 Perhitungan
Sel Darah Putih
Syringe
dibilas dengan anti koagulan 0,1 ml.
kemudian darah diambil 0,5 ml
pada bagian bawah U. darah dihisap dengan pipet bulir skala 5 kemudian larutan
turk dihisap sampai skala 11. Selanjutnya dihomogenkan selama 3-5 menit (bentuk
angka 8) dan 2 tetesan pertama dibuang. Kemudian dimasukkan ke hemasitometer
dan diamati serta dihitung di mikroskop.
2.3.4 Perhitungan
Hemoglobin
Tabung Hb meter diisi dengan 0,1 N HCl sampai skala merah 10. Darah dihisap
dengan pipet sahli 0,2 ml. Darah dimasukkan
ke dalam Hb meter. Kemudian aquades ditambahkan sampai
warna larutan sesuai dengan warna pada Hb meter. Nilai Hb dapat dibaca pada skala kuning.
2.3.5 Perhitungan
Hematokrit
Darah dihisap
dengan tabung hematokrit hingga ¾ bagian tabung. Ujung tabung ditutup dengan cretoseal. Tabung hematokrit yang sudah
berisi darah disentrifuge dengan
kecepatan 3500 rpm selama 15 menit. Pengukuran kadar hematokrit dilakukan
dengan membandingkan volume padatan sel darah merah dengan volume total darah
pada skala hematokrit.
2.3.6 Perhitungan
Differensial Leukosit
Slide direndam dengan methanol 96% lalu dikering
udarakan. Darah diteteskan pada sa;ah satu sisi slide kemudian ditarik dengan
slide yang lain dengan sudut 450. Selanjutnya difiksasi dengan
methanol 5-10 menit dan dikering udarakan. Kemudian slide direndam dalam giemsa
selama 10-15 menit lalu dibilas dengan akuades. Slide dikering udarakan lalu
diamati dibawah mikroskop.
2.3.7 Perhitungan
Aktivitas Fagositik
Slide
dibersihkan dengan alkohol dan dilap dengan tissue. Darah 50 ml dicampur dengan 50 ml bakteri stapilococcus
kemudian didiamkan pada suhu ruang selama 20 menit. Darah diteteskan pada slide
1 tetes kemudian ditarik 450 secara pelan-pelan. Slide kemudian
direndam dalam larutan methanol selama 10 menit lalu keringkan. Setelah itu,
slide direndam dalam giemsa selama 5 menit. Slide dibilas dengan akuades,
dikeringkan lalu diamati dan dihitung jumlah sel yang memfagosit dan jumlah sel
fagosit.
`
III.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Gambaran darah ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang dilakukan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel
1 Hasil Perhitungan Gambaran Darah Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Kel
|
Sel Darah Merah (sel/mm3)
|
Sel Darah Putih (sel/mm3)
|
Hb (gr%)
|
HC (gr%)
|
AF (%)
|
Differensial Leukosit (%)
|
||
Limfosit
|
Monosit
|
Neutrofil
|
||||||
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
|
0,96 x 106
1,63 x 106
1,75 x 106
0,63 x 106
2,61 x 106
1,77 x 106
0,79 x 106
1,82 x 106
1,48 x 106
1,62 x 106
1,32 x 106
1,53 x 106
|
0,72 x 105
0,28 x 105
2,8 x 105
8,24 x 105
4,58 x 105
4,69 x 105
0,94 x 104
3,40 x 104
1,8 x 105
1,02 x 105
9,7 x 104
4,52 x 105
|
8
6,6
5
2
4,4
4,6
2,1
8,6
4,2
5,1
4,5
16,2
|
8,33
12,5222,64
33,33
15,74
33,33
20
28,26
21,25
17,65
30
55
|
30
70
47,05
36,67
90
70
16,66
40
73,33
53,33
14,28
66,66
|
51,6
40
46,7
47
83,3
71,9
54,5
51,6
92,2
62,5
62,2
53,06
|
9,7
30
23,3
20
3,3
6,2
18,2
9,7
2,9
1,5
17,3
12,24
|
38,7
30
30
33
13,4
21,9
27,3
38,7
4,9
36
20,5
34,69
|
Berdasarkan
tabel diatas diketahui bahwa jumlah sel darah merah ikan nila tertinggi yaitu
2,61 x106 sel/mm3 dan jumlah sel darah merah terendah
0,63 x106 sel/mm3, jumlah sel darah putih tertinggi yaitu
8,24 x105 sel/mm3 dan jumlah sel darah putih terendah
0,94 x104 sel/mm3, jumlah Hb tertinggi yaitu 16,2 gr% dan
jumlah Hb terendah yaitu 2 gr%, jumlah HC tertinggi yaitu 33,33 gr% dan
terendah 8,33 gr%, jumlah AF tertinggi 73,33% dan jumlah AF terendah 14,28 %,
jumlah limfosit tertinggi 92,2%, limfosit terendah 40%, monosit tertinggi 23,3%
dan monosit terendah 1,5 %, jumlah neutrofil tertinggi yaitu 38,7% dan neutrofil
terendah 4,9%.
3.2
Pembahasan
Darah ikan terdiri dari atas komponen cairan (plasma) dan
komponen seluler (sel-sel darah). Sel- sel darah terdiri dari trombosit (keping
darah), leukosit (seldarahputih) dan eritrosit (sel darah merah). Darah
tersebut diedarkan keseluruh tubuh melalui system sirkulasi tertutup. Sel dan
plasma darah berperan penting dalam fisiologis. Plasma darah adalah suatu
cairan jernih yang mengandung gas terlarut, sisa hasil metabolisme, hasil
absorpsi dari pencernaan makanan serta mineral terlarut (Lagler et al 1977).
Pemeriksaan darah sangat penting untuk dilakukan
karena dapat membantu
menentukan diagnosa penyakit. Penyimpangan fisiologis
ikan akan menyebabkan terjadinya perubahan pada gambaran darah, baik secara
kuantitatif maupun kualitatif. Darah akan mengalami perubahan yang drastis apabila
terkena penyakit infeksi. Gangguan /penyakit dapat dilihat nilai hematokrit, konsentrasi hemoglobin,
jumlah eritrosit (sel darah merah) dan jumlah leukosit (sel darah putih) (Lagler et al 1977).
Leukosit ikan Nila terdiri dari monosit, limfosit dan
neutrofil. Monosit berfungsi sebagi fagosit terhadap benda-benda asing yang
berperan sebagai penyakit. Limfosit berfungsi sebagai penghasil antibodi untuk kekebalan tubuh dari gangguan
penyakit. Neutrofil berfungsi dalam respon kekebalan terhadap serangan
organisme patogen dan mempunyai sifat fagositik. Neutrofil berperan sebagai
pertahanan pertama dalam tubuh jika tubuh terjadi infeksi (Bastiawan et al 2001).
Hb berfungsi mengikat oksigen yang kemudian akan digunakan
untuk proses katatabolisme sehingga dihasilkan energy (Bastiawan et al 2001). Kemampuan mengikat oksigen
dalam darah tergantung pada jumlah hemoglobin yang terdapat pada sel darah
merah. Rendahnya kadar Hb menyebabkan laju metabolism menurun dan energi yang dihasilkan menjadi rendah. Hal
ini menyebabkan ikan lemah dan tidak memiliki nafsu makan serta terlihat di
dasar perairan atau menggantung di bawah permukaan air.
Hasil
praktikum menunjukkan jumlah Hb tertinggi ikan Nila yaitu 16,2 gr% dan jumlah
Hb terendah yaitu 2 gr%. Menurut Salasia et
al. (2001), kadar hemoglobin ikan nila berkisar 5,05-8,33 g/dl. Kadar hemoglobin
yang rendah berdampak pada jumlah oksigen yang rendah pula didalam darah.
Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya kadar hemoglobin. Kadar hemoglobin
dibawah kisaran normal mengindikasikan rendahnya kandungan protein pakan,
defisiensi vitamin dan kualitas air buruk atau ikan mandapat infeksi. Hasil praktikum menunjukkan jumlah sel darah merah ikan
Nila tertinggi yaitu 2,61 x106 sel/mm3 dan jumlah sel
darah merah terendah 0,63 x106 sel/mm3.. Menurut Royan et al. (2014), jumlah normal eritrosit adalah 1,05 x 106–
3,0 x 106 sel/mm3. jumlah eritrosit yang tinggi
menandakan bahwa ikan dalam keadaan stres.
Jumlah
sel darah putih ikan Nila tertinggi yaitu 8,24 x105 sel/mm3 dan
jumlah sel darah putih terendah 0,94 x104 sel/mm3. kisaran
normal leukosit ikan Nila 20.000 sel/mm3-150.000 sel/mm3.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah leukosit adalah kondisi dan kesehatan
tubuh ikan. Leukosit merupakan sel darah yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Leukosit membantu membersihkan tubuh dari benda asing, termasuk infeksi patogen
melalui sistem tanggap kebal dan respon lainnya. Ikan yang sakit akan
menghasilkan banyak leukosit untuk memfagosit bakteri dan mensintesa antibodi
(Moyle and Cech 2004 dalam Royan et al. 2014).
Jumlah
hematokrit tertinggi yaitu 33,33 gr% dan terendah 8,33 gr%. Nilai hematokrit pada ikan teleostei berkisar
antara 20-30 % (Royan et al.
2014). Ikan yang terkena infeksi,
nafsu makan ikan akan menurun dan nilai hematokrit darah akan menurun. Jumlah dan ukuran sel darah
merah berkurang, sehingga kadar hematokrit juga rendah. Nilai hematokrit juga
dipengaruhi oleh jenis kelamin, ukuran tubuh dan masa pemijahan (Jawad et al. 2004).
Fagositosis
merupakan pertahanan pertama dari respon seluler yang dilakukan oleh monosit
dan granulosit. Proses fagositosis meliputi tahap kemotaksis, tahap pelekatan,
tahap penempelan dan tahap pencernaan. Tahap kemotaksis yaitu pergerakan sel
fagosit yang terarah dibawah pengaruh
rangsangan kimiaawi eksternal. Setelah sel fagosit bertemu dengan suatu
partikel yang akan ditelannya, partikelnya diikat kuat-kuat. Proses ini disebut
pelekatan. Setelah terpasang pada membran sel fagosit, partikel yang melekat
merangsang aktivitas miktrotubul yang sebaliknya menyebabkan sitoplasma
mengalir diatas dan sekitar partikel menelannya ( kresno 2011). Jumlah AF
terendah ikan nila yaitu 14,28 %, dan jumlah limfosit tertinggi 92,2%.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum diketahui bahwa jumlah sel darah merah ikan Nila tertinggi
yaitu 2,61 x106 sel/mm3 dan jumlah sel darah merah
terendah 0,63 x106 sel/mm3, jumlah sel darah putih
tertinggi yaitu 8,24 x105 sel/mm3 dan jumlah sel darah
putih terendah 0,94 x104 sel/mm3, jumlah Hb tertinggi
yaitu 16,2 gr% dan jumlah Hb terendah yaitu 2 gr%, jumlah HC tertinggi yaitu
33,33 gr% dan terendah 8,33 gr%, jumlah AF tertinggi 73,33% dan jumlah AF
terendah 14,28 %, jumlah limfosit tertinggi 92,2%, limfosit terendah 40%,
monosit tertinggi 23,3% dan monosit terendah 1,5 %, jumlah neutrofil tertinggi
yaitu 38,7% dan neutrofil terendah 4,9%.
4.2
Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, ikan yang
digunakan tiap meja berbeda-beda sehingga dapat diketahui perbandingan gambaran
darah dari berbagai jenis ikan.
DAFTAR PUSTAKA
Bastiawan D, A Wahid, M Alifudin dan
I Agustiawan. 2001. Gambaran Darah Lele dumbo (Clarias spp.) yang Diinfeksi Cendawan Aphanomyces sp pada pH yang Berbeda. Jurnal penelitian Indonesia 7(3): 44-47.
Irianto Agus. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press
Jawad LA, MA Al-Mukhtar dan HK Ahmed. 2004. The
Relationship between Haematocrit and Some Biological Parameters of the Indian
Shad, Tenualosa ilisha (Family Clupeidae). Animal
Biodiversity and Conservation, 27(2):47-52.
Lagler KF, Bardach JE, RR Miller,
Passino DRM. 1977. Ichthyology. John
Willey and Sons. Inc. new York-London. Hlm 506
Primandaka JT. 1992. Pengaruh
Penyuntikan Isolat Virulen Aeromonas
hydrophila Secara Intramuskular Terhadap Gambaran Darah Lele Dumbo (Clarias sp.) Ukuran Fingerling. Skripsi. Fakultas Perikanan dan ilmu
Kelautan, IPB.
Salasia SIO, Sulanjari D dan Ratnawati A. 2001. Studi Hematologi Ikan Air Tawar. Biologi 2 (12).
Zonneveld NE, EA Huisman, JH Boon.
1991. Prinsip – Prinsip Budidaya Ikan.
Terjemahan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
LAMPIRAN
Contoh
Perhitungan
1.
Sel Darah Merah
2.
Sel Darah Putih
3.
Hematokrit
4.
Differensial
Leukosit
L= 40/64= 62,5 %
N=23/64= 1,5 %
M=1/64= 36 %
5.
Aktivitas Fagositik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar